Ini menjadi salah satu film yang sangat keren untuk dibahas. Film legendaris india yang dibintangi oleh amir kan.
Kita semua tahu kalau film yang dibintangi oleh amir kan pasti mengandung banyak makna mendalam. Begitu juga dengan film satu ini.
Mungkin langsung saja, ayo kita masuk ke dalam pembahasan ceritanya.
Dalam sebuah pesawat, Bambang mengangkat telepon. Ia ditegur pramugari agar mematikan teleponnya.
Bambang merasa bingung karena mendapatkan telepon yang begitu penting dan memaksanya untuk turun dari pesawat itu.
Baru saja pesawat terbang. Bambang kemudian pura-pura sakit jantung. Pesawat pun terpaksa mendaratkan pesawatnya lagi.
Saat sedang didorong pakai kursi roda. Bambang tiba-tiba saja langsung sehat kembali. Ia pun langsung berlari.
Dalam taksi, bambang menelepon joko untuk segera bersiap. Joko pun terkejut dengan apa yang diucapkan oleh bambang. Ia berlari dan mereka pun berada dalam satu taksi menuju ke suatu tempat.
Ia bertemu dengan Pak Kacamata. Di sini pak kacamata menjelaskan tentang sesuatu dan bertuliskan 5 September.
Ternyata bambang dan joko sangat menginginkan untuk bertemu dengan Budi.
Setelah mendengarkan penjelasan Pak Kacamata, bambang merasa kesal karena ternyata budi tidak datang.
Tapi mereka langsung senang setelah pak kacamata sudah mengetahui lokasi dari budi, yaitu di daerah Simla.
Siapa sih Budi ini?
Mereka bertiga mengendarai mobil sedang menuju ke suatu tempat. Sepertinya sangat jauh.
Jalurnya cukup seram nih, melewati tebing-tebing.
Bambang di sini mengenang masa-masa saat Ia duduk di bangku kuliah.
Bambang melihat mading, ada namanya di situ. Selanjutnya, bambang dikejutkan dengan Si Cungkring yang berada di belakangnya.
Ternyata Ia adalah seorang porter di kampus. Si Cungkring kemudian membantu bambang membawa kopernya.
Mereka masuk ke dalam sebuah kamar yang sudah ada Joko di dalamnya. Joko sepertinya orang yang bersifat cuek.
Selanjutnya, adegan yang cukup unik di sini, mereka melepaskan pakaian, hanya menggunakan celana dalam, kemudian di cap dengan stempel. Untuk apa ya.
Ketika mereka sedang melakukan itu, Budi datang. Budi merasa heran dengan apa yang dilakukan olehnya.
Bang Kating kemudian dibuat marah oleh Budi karena Ia justru langsung masuk ke dalam kamar. Bang Kating mengancam akan mendobrak pintunya. Tapi siapa sangka kalau budi sudah mempersiapkan jebakan berupa sengatan listrik.
Bang Kating pun kesetrum. Saat budi keluar, mereka semua takut. Kejeniusan budi sudah dimulai.
Nah, sekarang kita akan diperkenalkan dengan rektor lejen dengan rambut keritingnya. Pak Rektor kiler yang disegani oleh setiap mahasiswa di sana.
Baru saja datang, pak rektor ini membawa sarang burung. Ia menjelaskan tentang sarang burung itu.
Ia membanggakan tentang kampusnya yang sudah menerima banyak mahasiswa.
Selanjutnya, Ia menjelaskan tentang fenomena pulpen yang dimilikinya. Ia mengatakan kalau itu pena yang bisa digunakan oleh astronot. Peneliti dan ilmuwan menciptakan pulpen itu dengan susah payah. Menghabiskan uang jutaan dolar.
Setelah itu, siapa sangka kalau budi mengangkat tangannya untuk bertanya. Ia mengatakan, kalau pulpen tidak bisa digunakan, kenapa astronot tidak menggunakan pensil?
Itu bisa menghemat jutaan dolar.
Semua pun tertawa, pak rektor sudah mulai kesal nih gara-gara budi.
Pak rektor terdiam. Ia bingung menjawabnya.
Semua mahasiswa merasa bahwa budi adalah pahlawan. Si cungkring bahkan menganggapnya pahlawan.
Pada saat masuk ke dalam kelas, budi justru tersenyum sendiri seperti kebanyakkan sativa. Oleh karenanya, Ia pun langsung ditegur oleh dosen.
Dosen bertanya kenapa Ia tersenyum. Budi menjawab kalau Ia merasa senang karena impiannya adalah menjadi mahasiswa seperti sekarang. Ia meluapkan kebahagiaannya.
Dosen kemudian bertanya lagi tentang apa pengertian mesin. Budi pun menjawab dengan baik.
Tapi dosen ternyata belum puas dengan jawabannya, budi diminta agar mejelaskan dengan lebih rinci lagi.
Budi menjawab lagi kalau semua hal yang bisa meringankan pekerjaan manusia adalah mesin.
Misalnya seperti kipas angin, telepon, kalkulator. Bahkan, ia juga menyebutkan bahwa pulpen dan resleting adalah mesin.
Mendengar jawaban itu, pak dosen malah marah. Ia melempar budi.
Pak dosen mengatakan bahwa Ia meminta jawaban atas definisi mesin.
Budi membalas kalau Ia telah menjawabnya.
Pak dosen lalu meminta jawaban pada mahasiswa lainnya. Ada satu yang sepertinya sok pintar, kita panggil saja dia Ponpon.
Ponpon mengatakan kalau mesin adalah kombinasi dari tubuh yang terhubung dan bergerak. Gaya banget deh ponpon jawabnya juga pakai bahasa inggris.
Mendengar jawaban ponpon, pak dosen merasa kagum dan membenarkannya.
Budi kemudian protes. Ia mengatakan kalau juga telah menjawab kurang lebih sama dengan apa yang dikatakan oleh ponpon namun dengan bahasa yang lebih sederhana.
Tapi jawaban si dosen justru di luar dugaan. Ia mengatakan kalau budi ingin menjawab dengan bahasa sederhana, maka budi bisa masuk ke institut seni.
Budi masih ngotot. Ia menjelaskan kalau kita harus memahaminya. Budi mengatakan kalau percuma hanya meniru yang ada di buku.
Pak dosen kemudian menyimpulkan bahwa budi merasa lebih dari apa yang ada di buku. Pak dosen masih kekeh nih.
Pak dosen melanjutkan, buku sudah memberi definisinya, kalau ingin lulus, maka harus bisa menuliskannya.
Saat budi mejawab lagi, pak dosen tidak tahan, memintanya untuk keluar dari kelas.
Budi bertanya kenapa?
Pak dosen menggunakan kata-kata budi, dalam bahasa yang sederhana, Silakan pergi ke luar.
Wah dosennya galak nih.
Budi pun berjalan ke luar kelas. Pak dosen mengumpatnya dengan kata, Idiot.
Tapi tak lama, budi kembali lagi.
Pak dosen bertanya, kenapa kembali lagi. Budi menjawab bahwa ada yang ketinggalan.
Begitu pak dosen bertanya apa yang ketinggalan, budi menjawab dengan bahasa inggris. Pak dosen bingung, apalagi mahasiswa yang lainnya. Semua diam.
Pak dosen bertanya sebenarnya apa yang ingin dikatakan oleh budi?
Budi menjawab, buku.
Pak dosen bingung, kenapa budi tidak bisa menyederhanakan bahasanya.
Budi kemudian melanjutkan bahwa Ia sebenarnya sudah melakukan sesuatu yang sederhana, tetapi pak dosen tidak menyukainya.
Jadi dia menggunakan cara yang sulit.
Semua mahasiswa tertawa.
Pak dosen melongo.
Budi dikenal sebagai mahasiswa yang sering berada di luar kelas. Tentu saja karena diusir oleh dosennya.
Dosennya kalah mekanik.
Budi juga sering masuk kelas mana saja, tidak terlalu mengikuti jadwal.
Saat mahaiswa lain mengantri untuk mandi, tapi tidak dengan budi. Ia mandi di mana saja yang ada airnya.
Budi juga punya ketertarikan pada mesin. Ia selalu membawa obeng. Budi senang membongkar setiap mesin yang dilihat olehnya.
Walaupun begitu, tidak semua jadi lebih baik.
Adegan berganti saat pak rektor dipanggil oleh salah seorang mahasiswa senior, Si gondrong.
Si gondrong mengatakan bahwa Ia meminta agar pak rektor bisa menelepon ayahnya untuk mengabarkan bahwa anaknya akan menjadi insinyur pertama di desanya.
Si gondrong juga mengatakan keinginannya untuk membuka kursus di desanya itu.
Pak rektor itu pun kemudian mengambil handphonenya, menyuruh si gondrong menyambungkannya ke ayahnya.
Siapa sangka kalau pak rektor justru mengatakan bahwa anaknya tidak lulus karena beberapa hal yang tidak mencukupi standar.
Pak rektor juga menghinda proyek pesawat mainan yang dikerjakan oleh Si gondrong.
Si gondrong yang kesal pun kemudian mempertanyakan tentang alasan pak rektor. Tapi di sini pak rektor seakan acuh dengan jawaban dari si gondrong.
Si gondrong juga menjelaskan bahwa Ia sempat terganggu konsentrasinya 2 bulan karena ayahnya terserang struk.
Pak rektor justru bertanya, apakah selama 2 bulan itu si gondrong tidak makan? Lalu apakah selama 2 bulan itu si gondrong tidak mandi?
Pak rektor kemudian mengatakan, Lalu kenapa kamu tidak belajar?
Si gondrong meminta agar pak rektor bisa melihat hasil karyanya. Tapi pak rektor menolak dan mengatakan kalau minggu kemarin anaknya meninggal dunia karena jatuh dari kereta api. Lalu pada hari seninnya Ia harus mengajar, Ia melakukannya.
Pak rektor kemudian mengatakan bahwa hanya bisa memberikan simpati, tapi tidak waktu tambahan.
Pak rektor langsung meninggalkan si gondrong begitu saja.
Si gondrong terlihat sangat sedih. Ia bahkan membuang pesawat dron miliknya ke tempat sampah.
Di situ ada budi yang mendengarkan percakapan mereka.
Budi mengambil dron itu dari tempat sampah.
Si gondrong pun galau.
Budi bertanya-tanya tentang kenapa pesawat dron itu masih belum sempurna. Ia berbicara dengan bambang dan joko.
Waktu berganti dengan kegiatan rutin di kampus. Mereka joget-joget ala india, seperti ciri khas film boliwud.
Budi masih belum bisa menyempurnakan pesawat dron milik si gondrong.
Budi tidak menyerah.
Akhirnya, budi berhasil menyelesaikan pesawat dron itu hingga sempurna. Tapi semua berubah jadi menyedihkan saat dron itu menyorot kamar si gondrong.
Si gondrong tergantung di sana. Pemakaman si gondrong pun dilakukan.
Saat pemakaman itu, budi mengatakan hal yang membuat pak rektor terenyuh.
Budi mengatakan, Selamat pak, polisi dan ayah si gondrong tidak mendapatkan petunjuk apapun. Mereka mengira bahwa ini bunuh diri.
Penyebab kematian adalah tekanan hebat di rongga pernafasan yang mengakibatkan sesak. Sangat bodoh karena mempercayainya.
Semua orang mengira bahwa penyebab kematiannya adalah tekanan pada lehernya. Padahal selama 4 tahun ini, si gondrong tertekan di pikirannya.
Bagaimana pak?
Para mahasiswa ini punya hati pak. Mereka bukan mesin yang bisa terus menahan tekanan di pikiran.
Andai saja memahami, mereka akan tahu ini bukan bunuh diri, tapi pembunuhan.
Setelahnya, pak rektor memanggil budi dan merasa kesal karena menuduhnya sudah membunuh si gondrong.
Pak rektor mengatakan kalau mahasiswa yang tidak tahan terhadap tekanan bukan tanggungjawabnya.
Pak rektor mengatakan, Terdapat banyak tekanan di dalam hidup, apakah kau akan selalu menyalahkan orang lain.
Budi membela diri. Ia menjawab, Saya tidak menyalahkan Anda, Saya hanya menyalahkan sistem.
Budi memperlihatkan statistik tentang india menjadi ranking satu dalam kasus bunuh diri. Setiap 90 menit, pelajar mencoba untuk mengakhiri hidup.
Pelajar meninggal bukan karena sakit, tapi karena mengakhiri hidup.
Ada sesuatu yang tidak benar.
Pak rektor masih tidak mau disalahkan, Ia mengatakan tak mau membahas kampus lain.
Ia membanggakan kampusnya sebagai yang terbaik di India. Sudah 32 tahun Ia memimpin kampus ini.
Dari peringkat dua puluh delapan menjadi peringkat 1.
Budi menjawab, apa intinya pak?
Di sini kita tidak boleh membicarakan sesuatu yang terkait ide baru, tidak ada penemuan baru. Hanya omong besar, nilai, atau paling tinggi mendapatkan kerja di Amerika.
Mereka mengajarkan untuk dapat nilai saja, mereka tidak mengajarkan enjinering.
Pak rektor naik pitam.
Apakah kamu akan mengajariku bagaimana menjadi seorang dosen?
Budi panik.
Pak rektor menarik tangan budi dan mengajaknya keluar.
Budi dibawa ke sebuah kelas. Pak rektor memperkenalkan budi sebagai pemimpin yang hebat.
Budi dianggap bisa mengajar lebih baik dari para dosen handal.
Ia memperkenalkan budi dengan embel-embel profesor sebagai cara menyindirnya. Inilah profesor budi yang akan mengajari kita tentang mekanik. Kata pak rektor.
Pak rektor kemudian duduk.
Budi pun menuruti keinginan dari pak rektor.
Di situ ada si ponpon yang merasa sangat tertarik dengan peristiwa ini.
Budi mulai membuka buku.
Ia menuliskan dua kata di papan tulis. Semua diminta agar mencari dua kata itu selama 1 menit.
Pak rektor bahkan juga ikut mencarinya.
Waktu pun habis.
Budi bertanya apakah ada yang bisa menemukannya?
Tidak ada yang bisa menjawab.
Budi pun menjelaskan tentang ketika kita putar waktu kembali saat Ia melontarkan pertanyaan itu, apakah kalian tertarik? Penasaran?
Adakah yang berpikir tentang kalau hari ini kita akan belajar sesuatu yang baru?
Budi bertanya juga ke pak rektor.
Tapi pak rektor juga diam.
Budi melanjutkan, apa gunanya kalau kalian hanya seperti ini?
Apakah pengetahuan kalian meningkat? Tidak!
Kalian hanya akan mendapatkan tekanan.
Ini adalah universitas, bukan panci presto.
Bambang tertawa.
Budi melanjutkan, singa sirkus juga belajar untuk bisa duduk di kursi lantaran takut dicambuk.
Tapi kita tetap boleh menyebutkan kalau singa itu terlatih, bukan terdidik.
Saat budi menjelaskan, pak rektor memotong.
Ini bukan kelas filsafat, beritahu kami arti dari dua kata di papan tersebut.
Budi pun menjelaskan bahwa dua kata itu tidak punya arti sama sekali. Itu hanya penggabungan dua nama teman di kampus. Farhan dan Raju.
Semua tertawa.
Pak rektor semakin kesal.
Omong kosong! Apakah begini cara kamu mengajar mekanika di kelas?
Pak rektor bertanya kepada budi.
Budi menjawab, tidak pak, saya tidak mengajari anda mekanika. Anda lebih paham daripada saya. Saya mengajari anda tentang bagaimana cara mengajar. Dan saya yakin, suatu saat nanti, anda akan memahaminya. Karena saya tidak pernah melepaskan tangan murid saya yang lemah.
Semua tertawa.
Budi lari terbirit-birit.
Pak rektor meminta mahasiswa diam sambil berteriak.
Pak rektor merasa sangat kesal dengan perlakuan budi. Ia pun menulis surat peringatan dari kampus.
Bahkan, Bambang dan joko yang kena imbasnya. Pak rektor menuliskan surat itu ke orangtua mereka.
Rencana pak rektor berjalan sesuai rencana. Budi dipanggil oleh orangtua bambang dan joko. Ia dimarahi habis-habisan.
Bapaknya bambang mengatakan kalau Ia memasang pendingin ruangan khusus di kamar bambang agar Ia fokus belajar. Ia juga tidak membeli mobil karena untuk membiayai kuliah bambang. Ia mengorbankan semuanya demi masa depan bambang.
Bukannya mendengarkan, budi justru salah fokus dengan foto-foto yang terpajang di sana. Ia bertanya apakah foto itu dipotret oleh bambang.
Ayahnya justru menganggap kalau bambang sedang dihantui oleh fotografi. Ayahnya tidak suka dengan fotografi.
Saat Ayah bambang menjelaskan, budi justru tertawa. Budi heran kenapa bambang yang berbakat dengan fotografi justru diarahkan untuk menjadi insinyur mesin. Padahal, bambang bisa diarahkan untuk menjadi fotografer alam yang hebat.
Ayahnya semakin kesal.
Ia pun memohon agar budi tidak menghancurkan masa depan anaknya.
Pada saat ibunya bambang mengajak makan. Ayahnya melarang. Budi diusir.
Kalau saya jadi budi, pasti akan sedih sekali.
Selanjutnya, Ia pergi ke rumah joko. Kondisi rumah yang cukup memprihatinkan. Ayahnya lumpuh, ibunya batuk-batuk, dan kakak yang terlambat menikah.
Bisa dikatakan bahwa joko berasal dari keluarga yang sangat miskin. Tampilan dari film pun juga berubah menjadi hitam putih, seperti jaman tahun enam puluhan.
Di sini pun mereka juga kena marah, terutama budi.
Walaupun marah, tetapi ibu joko tidak terlalu kejam. Ia hanya merasa khawatir dengan masa depan joko.
Saat joko meminta ibunya diam, ibunya merasa sedih dan ngomong sendiri tentang keadaannya. Dia bilang, sudah bekerja seperti pembantu, tapi saat seperti ini, malah disuruh diam. Aku harus berbicara dengan siapa lagi kalau bukan dengan anakku?
Di sini mereka makan makanan buatan ibunya. Ada hal lucu di sini saat ayahnya merasa gatal, ternyata ibunya joko menggunakan kayu yang dipakai olehnya memasak. Budi dan Joko pun langsung mual.
Selanjutnya, bambang, joko dan budi pura-pura menghadiri sebuah acara pertunangan. Mereka mau makan gratis.
Di situ budi tidak sengaja mendengarkan percakapan dari Judika dan Suni. Judika memarahi suni karena dianggap menggunakan jam yang ketinggalan jaman. Judika meminta agar suni melepaskan jam itu.
Tak lama, tantenya datang menyapa. Ia memamerkan kalung permata yang digunakannya. Kayaknya judika adalah orang yang memandang tinggi harta.
Setelah judika pergi, budi tidak pakai mikir lagi. Ia menghampiri suni dan memberikan bunga. Budi juga meminta gelas air di tangan suni.
Ketika suni bertanya kenapa, budi menjawab agar suni tidak melempar gelas itu ke budi.
Budi kemudian memberikan sejumlah saran. Budi mengatakan agar suni tidak menikahi orang bodoh yang bernama judika itu.
Suni mulai kesal.
Budi melanjutkan, Dia bukan manusia, dia hanya daftar harga.
Dia hanya akan mempermalukan kamu dengan menyebut semua harga di dalam kehidupanmu.
Hidup dan masa depanmu akan sirna.
Mau buktinya? Aku bisa tau berapa harga sepatu yang dikenakan olehnya. Tanpa bertanya, dia akan mengatakannya.
Budi pun menghampiri judika.
Ia melemparkan saus ke sepatu judika.
Judika pun langsung reflek marah, Ia menyebutkan harga sepatunya adalah tiga ratus dolar.
Budi kemudian menghampiri suni lagi. Ia mempersilakan suni untuk memilih. Ikuti atau mengabaikan nasihatnya yang gratis itu.
Nah, di sini semuanya pun menjadi semakin seru karena ternyata suni adalah anak dari pak rektor. Ia bertanya tentang apakah ketiga pemuda itu adalah tamunya atau bukan.
Bisa kebayang dong!
Pak rektor yang terkejut karena melihat mahasiswanya di acara itu langsung ingin menghampiri mereka.
Tapi pak rektor dihentikan oleh suni. Suni yang ingin menghampiri mereka, terutama budi.
Suni berterima kasih kepada budi karena sudah membuka mata dan pikirannya atas judika.
Namun, Suni kemudian meminta bantuan dari budi lagi agar membantunya menghentikan pertunangan ini. Ayahnya tidak bisa dibantah soal pertunangan suni dan judika.
Suni meminta agar budi bisa memberikan bukti juga kepada ayahnya. Tentu saja di sini budi belum tahu kalau ayah suni adalah pak rektor.
Budi pun menyetujuinya. Suni kemudian mengatakan bahwa ayahnya sudah ada tepat di belakangnya.
Jengjreng!
Mereka pun kaget sampai jantungnya mau lepas.
Suni pun kemudian menyindir budi.
Ini nasihat gratis kok, ikuti atau abaikan.
Pak rektor kemudian bertanya tentang apa yang sedang mereka lakukan.
Budi langsung beralasan ingin memasukkan amplop ke depan.
Suni kemudian mengambil amplop itu dan mengatakan kalau itu adalah pernikahan kakaknya.
Budi pun bingung. Sebenarnya pak rektor punya berapa anak perempuan.
Ketika suni membuka amplop itu, benar saja, tidak ada isinya, kosong. Ini karena mereka memang hanya niat makan gratis.
Suni kemudian bertanya tentang undangan kepada mereka. Budi menjawab kalau mereka bertiga adalah perwakilan dari ilmuwan.
Pak rektor mengikuti permainan suni dan budi.
Suni menantang budi.
Budi pun menjawab tantangan dari suni. Budi mengatakan bahwa bisa membuat inferter dengan mobil-mobil untuk dijadikan sumber listrik di acara pernikahan.
Ketika ditanya desainnya ada di mana, budi melempar pertanyaan ke bambang dan joko. Sontak saja mereka berdua kebingungan.
Budi pun menjawab lagi kalau Ia akan langsung membuatnya di situ.
Pak rektor tidak percaya.
Budi kemudian mengatakan bakal mencantumkan nama pak rektor di sana.
Tidak mau tertipu, pak rektor langsung mengatakan dengan tegas. Kalian bertiga, besok temui aku di kantor!
Di sana hanya ada bambang dan joko yang sedang melihat pak rektor sarapan. Kemana budi?
Joko berinisiatif untuk mengganti biaya hidangan yang tadi malam mereka makan. Ia mau menggantinya.
Ia juga berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Bahkan, joko juga mengatakan bahwa tidak akan menikah. Tapi bambang membantah kalau Ia masih ingin menikah.
Pak rektor kemudian menyahuti mereka, seharusnya orangtua kalian tidak menikah agar tidak melahirkan dua idiot seperti kalian.
Pak rektor berdiri, menulis di papan tulis tentang pendapatan ayah budi, yaitu sebesar 25 juta rupe.
Ia melanjutkan, jika satu atau dua angka nol dihapuskan, maka tidak menjadi masalah.
Jika dikurangi lagi, maka akan mulai khawatir.
Ini adalah pendapatan ayah mu perbulan bambang, kata pak rektor.
Bambang membenarkannya.
Selanjutnya, pak rektor menghapus satu nolnya lagi di sana. Tersisa 2500 rupe. Inilah penghasilan keluarga joko.
Mereka berdua kemudian disarankan untuk pindah kamar dan terpisah dari budi. Pak rektor mengancam kalau mereka masih berteman dengan budi, maka mereka terancam tidak lulus. Ujian sebentar lagi dimulai.
Setelah mengatakan itu, ada seseorang yang datang. Ternyata pak rekor ingin bercukur. Bambang dan joko sempat melihatnya dengan heran, tapi mereka langsung kabur saat ditegur oleh pak rektor.
Adegan berganti di suasana yang agak menjijikan. Mereka bertiga sedang buang air besar. Budi menyarankan supaya mereka berdua tidak takut dengan pak rektor.
Joko merasa khawatir. Ia mengatakan butuh pekerjaan yang layak.
Joko bahkan menyinggung kalau ayahnya bukan orang kaya seperti ayah budi.
Joko merasa tertekan bahkan sampai bertengkar dengan bambang terkait masalah ini.
Joko membawa masalah ini menjadi serius. Ia mengatakan kalau uang pensiunan ibunya sudah habis untuk pengobatan ayahnya, kakaknya tidak bisa menikah kalau tidak memberikan mahar berupa mobil, selama 5 tahun ke depan ibunya kemungkinan tidak akan bisa membeli satupun kain sari.
Bambang terenyuh.
Namun, di sana ada budi yang kemudian mengajaknya bercanda. Joko marah, Jangan tertawakan ibuku.
Di sini budi menjelaskan kepada joko agar tidak hanya berpacu dengan kata lulus. Ia mengingatkan tentang ucapan guru besar yang mengatakan, Jangan belajar untuk menjadi sukses, tapi untuk membesarkan jiwa.
Kejarlan kesempurnaan.
Joko kemudian bertanya, siapa guru besar itu? Guru besar Budi?
Budi mengangguk.
Joko pergi dan benar-benar marah. Bambang mengejarnya untuk memberikan nasihat.
Joko kemudian mengambil odol, menuangkannya ke tangan bambang, lalu berkata, masukkan kembali odol ke dalam wadahnya.
Bambang bingung.
Joko pun akhirnya mengikuti saran dari pak rektor. Ia pindah kamar. Tapi kehidupannya tidak menjadi lebih baik.
Joko sekamar dengan ponpon. Untuk membantunya konsentrasi belajar, ponpon makan petai. Terbayang dong.
Ia bahkan selalu kentut tanpa suara secara diam-diam. Waduh!
Lucunya lagi, saat malam, menjelang ujian, Ia selalu mengalihkan perhatian dari mahasiswa lainnya dengan hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran.
Ia menganut prinsip, kalau ingin juara, bisa dengan dua cara, yaitu meningkatkan nilaimu atau menurunkan nilai orang lain.
Oleh karena budi setia kawan, Ia hendak membantu joko.
Di sini, ponpon berkesempatan untuk bisa pidato di acara kampus. Ia diminta langsung oleh pak rektor. Ponpon bahkan juga dibantu oleh pustakawan agar bisa menggunakna bahasa hindi murni.
Tidak lama, telepon berbunyi, itu untuk ponpon. Ponpon pun meninggalkan komputernya.
Ponpon meminta agar pustakawan itu ngeprin teksnya.
Budi datang, menghampiri pustakawan dan mengatakan bahwa pak rektor mengingatnya. Pustakawan itu pun pergi ke ruangan pak rektor. Sudah bisa dilihat nih bagaimana rencana budi selanjutnya.
Budi langsung merobeknya.
Ponpon menerima telepon, ternyata itu adalah bambang yang menyamar.
Bambang menakuti ponpon bahwa nyawanya terancam. Ia akan tewas saat keluar dari gerbang kampus.
Saat menerima telepon itu, budi mengganti beberapa kata di dalam pidatonya itu. Budi memasukkan kata-kata tidak senonoh di dalamnya.
Pustakawan masuk ke ruangan pak rektor, mereka pun kebingungan satu sama lainnya.
Bambang kemudian berlari ke arah budi, menyerahkan teleponnya. Budi melanjutkan skenario bambang tadi. Ia mengatakan kalau di depan pintu gerbang, ponpon akan meihat lampu lalu lintas.
Ketika lampu merah, semua kendaraan akan berhenti. Lalu, menyeberanglah dengan hati-hati.
Ponpon mengatakan bahwa sudah mengetahui hal umum tersebut. Ponpon kesal.
Budi pun mengatakan, baguslah jika kamu sudah mengetahuinya. Berarti kamu akan selamat.
Budi menunggu ponpon ditangga dan memberikan kertas pidato tadi.
Saat sedang berlari keluar, budi dan bambang bertemu dengan pustakawan yang kesal karena telah dibohongi.
Budi pun berdalih. Saya tidak mengatakan bahwa pak rektor memanggil anda. Saya bilang, pak rektor mengingat anda.
Pustakawan itu marah!
Tiba saat acara diselenggarakan. Ponpon berpidato.
Awalnya, semua berjalan lancar, ponpon menyapa menteri dan semua dosen di sana.
Kalimatnya mulai mengaco, hadirin tertawa. Pak rektor mulai bingung. Tapi anehnya, pak menteri justru senang dengan pidato ponpon.
Siapa sangka kalau selanjutnya, ponpon menyinggung pak menteri. Hal ini membuat pak menteri menjadi marah.
Semua tertawa ngakak di sini. Pak rektor kemudian menghentikan pidato itu.
Joko yang menyadari bahwa itu adalah ulah budi dan bambang, langsung kesal.
Di ruftop, ponpon menghampiri budi dan bambang. Ia memecahkan botol di sana.
Ponpon mengancam budi bahwa Ia akan mendapatkan kesuksesan. Mereka berdua hanya bisa menontonnya sukses. Ponpon mengajaknya bertaruh.
Ponpon menuliskan kata 5 September.
Waktu berganti saat suni melihat budi. Ia marah karena tau bahwa budi sudah mengganti isi pidato dari ponpon.
Ia bertanya tentang apa sebenarnya masalah budi dengan ayahnya. Ia terlihat sangat kesal di sini.
Budi menjawab kalau tidak punya masalah apapun dengannya. Bahkan, Ia sedang membuat inverter atas namanya.
Suni kemudian langsung membanting alat itu. Suni bertanya kenapa budi membenci ayahnya.
Budi langsung menjawab dengan tegas. Itu karena ayahnya mengelola universitas layaknya seperti mengelola perusahaan.
Ayahnya menghasilkan keledai setiap tahun.
Budi kemudian menunjuk salah satu keledainya, yaitu pasangan suni, judika.
Budi pergi, tapi suni mengejar.
Ia tidak terima karena judika dianggap keledai.
Budi menjawab, lalu apa? apakah aku harus memanggilnya dengan sebutan insinyur, master, lalu kerja di bang amerika? Kalau ingin menjadi pegawai bang, kenapa harus kuliah insinyur?
Bagi seorang keledai, hidup adalah untung dan rugi. Dia mencari keuntungan dan menikahimu. Itu sebabnya Ia tetap bersamamu.
Kamu adalah putri pak rektor, sebentar lagi menjadi dokter, itu sangat bagus untuk mendongkrak nama baiknya.
Dia tidak mencintaimu!
Suni marah sampai hampir menonjoknya. Tapi budi justru salah fokus dengan jam yang dikenakan oleh suni. Ia melepasnya lalu memanggil judika.
Budi mengatakan kalau suni menghilangkan jamnya. Suni sedang mencarinya. Judika pun marah.
Budi menyarankan agar judika membelikan suni jam tangan yang baru. Judika mengatakan kalau jam itu seharga empat ratus ribu rupe.
Budi menjelaskan bahwa jam miliknya cuma seharga seratus lima puluh rupe, waktu yang ditampilkan saja saja.
Judika kemudian meminta budi diam. Judika memarahi suni. Ia melontarkan kata-kata yang sangat kejam kepada suni.
Suni menahan air matanya.
Judika pun pergi begitu saja setelah meminta suni menemukan jam tangan itu, entah bagaimanapun caranya.
Suni kemudian mengambil jam tangan itu dari budi dan mengejar judika.
Suni mengembalikan jam tangan itu. Ia bahkan mengatakan, silakan cari tangan lain untuk jam ini. KELEDAI!
Di sini mereka makan makanan buatan ibunya. Ada hal lucu di sini saat ayahnya merasa gatal, ternyata ibunya joko menggunakan kayu yang dipakai olehnya memasak. Budi dan Joko pun langsung mual.
Judika bengong.
Budi memuji suni yang sudah berani mengatakan judika sebagai keledai. Tapi ini tak membuat suni menjadi baik.
Suni tetap marah kepada budi. Ia mengusirnya. Budi menyindir kalau suni mengucapkan terima kasih kepadanya.
Budi pun kemudian menjelaskan lagi bahwa sebenarnya suni menyadari bahwa Ia juga tidak mencintai judika.
Suni bingung lagi.
Budi menjelaskan lebih detail, apakah kamu pernah merasakan angin berhembus di wajahmu? Apakah kamu pernah merasa dunia berjalan begitu lambat?
Suni mengatakan bahwa cinta tidak seperti itu.
Budi pun menegaskan lagi bahwa ketika kamu mencintai seseorang. Hal itu akan terjadi.
Saat sedang berbicara dengan suni. Ada telepon mauk, budi mengangkatnya. Ia kaget dan berpikir tentang sesuatu hal yang sepertinya penting.
Ia pun meminta bantuan suni. Budi membutuhkan sesuatu yang berhubungan dengan medis.
Suni awalnya tidak mau, tapi budi mengatakan tentang etika kedokteran.
Mereka pun naik motor berdua.
Di sepanjang jalan, suni mengomel.
Ternyata suni diajak untuk ke rumah joko. Ayahnya joko sakit. Setelah diperiksa suni, Ia mengatakan kalau ayahnya joko harus segera dibawa ke rumah sakit.
Tapi joko yang sedang mengambil ambulans, sudah 2 jam namun tidak datang-datang.
Ibunya heran, kenapa bisa kalau pengantaran pitza bisa dilakukan paling lama 30 menit. Sedangkan untuk ambulans, selama ini.
Budi pun berpikir.
Mereka pun langsung bergegas untuk membawa ayah joko dengan menggunakan motor.
Ayahnya joko diapit di tengah.
Mereka membawa motor, masuk ke dalam rumah sakit hingga ke dokter.
Tidak lama kemudian, joko datang mempertanyakan tentang keadaan ayahnya. Ia marah karena budi membawa ayahnya pakai motor.
Dokter pun lewat dan mengobrol dengan suni. dokter itu mengatakan kalau terlambat sedikit saja, pasti ayahnya joko meninggal dunia.
Joko pun mengucapkan terima kasih kepada budi.
Mereka kemudian mulai bercanda. Joko menangis dan memeluk budi.
Suni pun ikut menangis.
Di depan rumah sakit, budi berbincang sedikit dengan suni.
Budi mengucapkan selamat hari kemerdekaan kepada suni. Suni pun bingung.
Budi kemudian menjelaskan bahwa ini adalah hari kemerdekaan di mana suni sekarang bisa menggunakan jam tangan ibunya setiap hari, tanpa harus ada orang yang melarangnya.
Suni heran, kenapa budi bisa tahu. Budi pun menjelaskan kalau ada seorang wanita yang menghadiri acara pernikahan kakaknya. Semua pakaiannya baru dari atas kepala sampai kaki, hanya jam tangannya yang usang. Apa artinya itu?
Di sini suni mulai terkesima dengan budi. Wah, sepertinya akan ada buih cinta nih.
Nyanyi-nyanyi pun dimulai. Namanya juga boliwud.
Waktu berganti saat suni membangunkan budi, bambang dan joko di ruang tunggu rumah sakit. Budi bertanya, apakah ayahnya joko meninggal dunia?
Suni menjawabnya, tidak bodoh!
Sekarang sudah jam delapan tiga puluh, ujian akan dimulai pukul sembilan. Kalian mau ikut atau tidak?
Di sini budi melihat bahwa suni telah menggunakan jam tangan antiknya. Ia pun senang.
Mereka bertiga naik motor, bonceng tiga, buru-buru untuk mengikuti ujian.
Mereka sebenarnya terlambat, tapi masih bisa mengikuti ujian. Mereka pun bergegas duduk di tempatnya masing-masing.
Ponpon mengumpulkan lembar jawabannya sambil menyindir budi, joko dan bambang yang masih menulis.
Pak dosen yang mengawas pun meminta agar mereka bisa menyerahkan lembar jawabannya. Budi memohon agar diberi waktu 5 menit.
Untung saja pak dosen itu baik. Ia mengizinkannya.
Akhirnya mereka selesai. Tapi ternyata pak dosen itu bukannya baik. Ia menolak menerima lembar jawaban mereka bertiga.
Jahat banget.
Tapi budi tidak hilang akal. Ia pun mengatakan kepada pak dosen itu. Apakah anda tidak tahu, siapa kami?
Pak dosen itu tidak memperdulikannya.
Ia menjawab tidak mengetahuinya.
Budi pun mencampuradukkan lembar jawaban mereka ke dalamnya. Pak dosen pun pasti kebingungan.
Joko berdoa supaya hasil ujiannya mendapatkan nilai yang bagus.
Diantara dari mereka, ada yang berdoa kepada ular kobra, sapi, dan lain-lain.
Pengumuman pun dicantumkan. Bambang berada di nomor paling akhir, joko berada di atasnya. Sedangkan nama budi tidak ada di sana.
Bambang dan joko pun sedih.
Siapa sangka ternyata mereka tidak harus bersedih karena budi menduduki peringkat satu.
Mereka tetap tidak senang. Mereka mengatakan bahwa jika temanmu tidak berhasil, maka kamu sedih, tapi kalau temanmu ada di peringkat pertama, kamu akan lebih sedih.
Kamu begitu juga gak sih?
Tapi yang lebih sedih adalah pak rektor dan ponpon.
Apalagi pak rektor harus duduk bersebelahan dengan budi.
Budi pun kemudian mengatakan bahwa tidak menyukai sistem peringkat seperti ini. Mirip seperti kasta saja.
Budi melanjutkan kalau hasil tes seharusnya bukan sebuah pengumuman. Kenapa kita harus memperlihatkan kelemahan seseorang di publik.
Budi pun menganalogikannya dengan tes darah. Ketika hemoglobin rendah, maka dokter akan memberikan obat, bukan menampilkannya di televisi.
Pak rektor kemudian balik bertanya, apakah saya harus pergi ke kamar mahasiswa satu per satu lalu berbisik. Kamu juara satu, kamu juara dua dan seterusnya.
Budi meralatnya. Ia tidak bermaksud seperti itu. Tingkatan itu akan menciptakan perpecahan.
Budi meminta pak rektor membayangkan saat budi berada di peringkat satu, Ia duduk di sebelah rektor. Sedangkan temannya yang peringkat terakhir, duduk di pojok.
Pak rektor malah menyindir kalau masih mending teman-temannya masih ada di pojok. Kalau semakin lama berteman dengan budi, teman-temannya tidak akan lulus. Bahkan, jika lulus, belum tentu ada perusahaan yang mau menerima mereka.
Budi menjawab optimis. Teman-temannya akan bekerja di perusahaan. Perusahaan yang membutuhkan manusia, bukan mesin.
Mereka pun justru bertaruh.
Pak rektor kemudian memanggil bawahannya. Ia mengatakan, kalau mereka berdua mendapat pekerjaan dari hasil wawancara di kampus, cukurlah kumisku.
Bawahannya itu kaget.
Waktu berganti kembali saat bambang dan joko yang berada di dalam mobil yang sedang mencari budi. Di sini kita baru menyadari bahwa pria kacamata itu adalah ponpon.
Mereka pun bertanya alamat budi. Seseorang menunjuk sebuah rumah yang sangat besar.
Siapa sangka di sana justru sedang mengadakan upacara kematian. Ia kemudian bertanya tentang posisi budi.
Bambang kemudian menegur orang yang disebut sebagai budi. Tapi ternyata itu bukan budi yang mereka kenal.
Di sana ada ijazah budi beserta dengan fotonya. Ternyata itu bukan budi teman mereka. Lalu siapa ya?
Mereka pun merasa bingung dengan apa yang sebenarnya tengah terjadi.
Ponpon kemudian mengatakan bahwa Ia mempunyai bukti bahwa budi ada di sana. Sebuah foto yang memperlihatkan wajah budi.
Mereka bertiga kemudian memberanikan diri untuk bertanya langsung kepada budi yang lain itu. Siapa sangka kalau mereka diancam pakai senapan. Ponpon pun lari.
Tapi mereka berdua tidak takut, mereka justru merebut abu orangtuanya. Ia berlari ke kamar mandi dan mengancam akan membuangnya.
Akhirnya budi yang asli ini menceritakan bahwa budi teman mereka itu adalah seorang anak tukang kebun.
Selama hidupnya, budi ternyata menyamar sebagai anak menteri agar bisa mendapatkan nilai yagn baik.
Dari sinilah semua mulai jelas. Ternyata budi adalah joki sekolah.
Selanjutnya, ponpon, bambang dan joko meluncur ke alamat yang diberikan tadi.
Kita kembali lagi, masa-masa budi, bambang dan joko masih di bangku kuliah. Kali ini pidato oleh pak rektor.
Joko dan bambang kemudian memberanikan diri untuk bertanya. Tapi siapa sangka kalau ternyata pak rektor mengajaknya untuk ke depan. Pak rektor kemudian mempermalukan keduanya.
Ia mengatakan kalau otak dari joko dan bambang dijual ke pasar, harganya pasti mahal, karena belum pernah digunakan. Kualitasnya masih sangat bagus.
Menjawab pertanyaan mereka, pak rektor pun menegaskan bahwa mereka berdua tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan.
Pada malam harinya, mereka bertiga membahas tentang apa yang dibicarakan oleh pak rektor. Mereka merasa kesal dengan apa yang sudah terjadi tadi siang.
Joko bahkan bersumpah kepada Tuhan. Ia akan berhenti makan enak asal pak rektor dimusnahkan, bakar tubuhnya di neraka. Bambang dan budi tertawa.
Budi kemudian menjelaskan bahwa Ia bisa menjadi juara karena memang mencintai mesin. Budi lalu mengingatkan bahwa jiwa dari bambang adalah fotografi.
Padahal bambang sudah mendapatkan kesempatan untuk bisa bekerjasama dengan fotografer idolanya. Tetapi bambang tidak berani melawan keinginan ayahnya. Budi pun meminta agar bambang bisa mulai coba fokus ke pekerjaannya sebagai fotografer.
Budi menambahkan, kalau maikel jeksen disuruh jadi petinju, apa yang akan terjadi? Jika muhammad ali disuruh jadi penyanyi, apa yang terjadi? Seperti itulah!
Joko kemudian menyembah budi. Memanggilnya dengan nama, Guru Budi.
Joko kemudian bertanya tentang dirinya yang mencintai mesin, tapi nilainya selalu jelek. Budi pun menjawab kalau joko orangnya penakut.
Ia menunjukkan cincin yang dikenakan olehnya. Ada yang untuk cinta, ujian, pekerjaan. Cincin itu seperti jimat. Ini pertanda bahwa joko tidak percaya diri dan mengandalkan jimat tersebut.
Bambang kemudian mengatakan bahwa sebenarnya budi juga penakut. Ia mengatakan kalau budi cinta kepada suni tapi tidak berani mengungkapkannya.
Joko menimpali, memang mudah memberikan nasihat, tapi sulit menjalaninya. Jika kamu benar-benar bernyali, ayo temui suni.
Budi mengelak.
Bambang kemudian menawarkan tantangan kepada budi. Jika budi berani bilang kepada suni tentang perasaannya, bambang juga akan mengatakan keinginannya menjadi seorang fotografi kepada ayahnya.
Joko juga akan melepaskan semua cincin yang dikenakan olehnya.
Wah, budi jadi bingung nih.
Budi kemudian berdiri. Ia mengatakan Ayo, ayo, ayo.
Bambang dan joko yang jadi bingung sekarang.
Mereka bertiga ternyata pergi malam-malam ke rumah pak rektor. Mau ngapain ya mereka?
Budi dan joko memanjat dinding, sedangkan bambang mengukir nama dari pak rektor. Budi masuk lewat jendela.
Bambang mengempeskan ban mobilnya.
Budi kemudian menghampiri suni di atas kasurnya. Joko pun bersiap dengan gitarnya.
Budi langsung mengucapkan kalimat-kalimat mutiara. Ia mengenang saat-saat bersama suni.
Budi menceritakan tentang mimpinya. Ia hendak berciuman, tapi ternyata itu tidak akan terjadi karena terhalang oleh hidung.
Sontak saja wanita di balik selimut itu menyalakan lampu dan bangun sambil mengatakan. Hidung tidak akan menghalangi, bodoh!
Budi kaget karena itu bukan suni.
Ternyata itu adalah kakaknya suni dan suni tidur di sebelahnya. Suni mengatakan, kakak, kenapa dipotong pembicaraannya, Ia menghabiskan 4 tahun untuk mengatakan ini.
Kakaknya lumayan kocak nih. Ia justru menyuruh suni untuk mencium budi. Beritahukan budi kalau hidung tidak akan menghalangi ciuman.
Oleh karena panik, joko lari dan langsung lompat dari lantai atas. Ini membuat pak rektor hampir terbangun.
Di kamar, budi masih belum pergi. Ia justru mengobrol dengan suni dan kakaknya. Mereka membahas gender dari bayi dalam kandungannya.
Budi kemudian mengatakan kepada bayi di kandungan itu. Kamu boleh menjadi siapa saja, jangan takut dengan ancaman kakek mu.
Al is wel.
Ketika budi mengatakan al is wel, bayi itu menendang. Ketika diulangi, bayi itu menendang lagi. Mereka pun kegirangan.
Dari bawah, joko dan bambang berteriak, al is wel. Ini membuat pak rektor bangun.
Mereka bertiga pun langsung lari terbirit-birit. Wajah joko terlihat oleh pak rektor.
Mereka bertiga bersembunyi di dalam kelas.
Mereka pun tertidur.
Keesokan harinya, mereka terbangun dengan kelas yang sudah dimulai.
Tidak lama, pak rektor datang. Ia mencari joko.
Saat memanggil nama joko, joko terbangun dari tidurnya. Joko kaget karena semuanya sudah ada di situ.
Pak rektor kemudian bertanya, tadi malam pergi kemana. Budi menjawab bahwa tadi malam sibuk belajar semalaman.
Pak rektor bertanya tentang apa yang dipelajari. Budi menjawab induksi motor. Semua bab.
Pak rektor kemudian bertanya kepada joko, jelaskan bagaimana konduksi motor dimulai.
Joko kemudian menirukan suara motor dengan mulutnya.
Ponpon kemudian menemukan botol minuman yang tergelinding.
Ponpon lalu melaporkan ke pak rektor bahwa itu adalah anggur.
Joko kemudian diajak masuk ke ruangannya. Ia meminta agar joko menuliskan sesuatu di laptopnya.
Pak rektor mengatakan bahwa dengan ini Joko telah dikeluarkan dari kampus secara tidak hormat. Joko pun menangis.
Tapi siapa sangka kalau pak rektor menawarkan sebuah solusi. Ia bisa menggantikannya dengan nama budi, lalu joko menjadi saksi tentang kejadian tadi malam.
Joko menjadi galau dan sedih.
Ia tidak berpikir panjang. Ia melompat dari atas dan bunuh diri.
Budi pun langsung bergegas ngebut pakai motor untuk mengawal ambulans joko pergi ke rumah sakit.
Situasi genting pun kembali terjadi. Apakah joko akan menyusul si gondrong?
Suni menjelaskan bahwa joko sedang dalam kondisi kritis. Ia butuh sesuatu yang bisa menyadarkannya.
Budi pun berupaya untuk menyadarkannya dengan berbagai cara.
Joko tidak kunjung bangun.
Ada banyak cara yang dilakukan, tapi belum ada yang berhasil membuahkan hasil.
Suasana mengharukan terjadi saat ibunya datang menggunakan kain sari baru. Ibunya tidak tahan dan menangis. Itu tidak berhasil.
Joko mulai bereaksi saat budi mengatakan bahwa kakaknya sudah ada yang mau menikahi secara gratis. Joko pun kembali sadar.
Joko kemudian mengatakan sesuatu ke budi. Ia bilang, MAU BOHONG SAMPAI KAPAN?
Kondisi joko membaik. Rasanya lega sekali.
Akhirnya joko diperbolehkan pulang. Joko pun melepaskan cicin di jarinya, menepati janji ke budi.
Begitu juga dengan bambang, ternyata budi dan suni telah mengirimkan surat secara diam-diam ke ahli fotografi luar negeri dan menyetujui kerjasama dengan bambang.
Bambang pun sebenarnya bahagia, tapi takut untuk menghadap orangtuanya. Bambang kemudian memberanikan diri untuk mengatakan keinginannya kepada orangtuanya. Ia tidak ingin menjadi insinyur.
Mereka pun berdebat.
Di lain sisi, joko sedang wawancara pekerjaan. Ia masih menggunakan kursi roda.
Bambang mengatakan kepada orangtuan bahwa Ia tidak memahami mekanika. Ia lebih suka dan paham tentang fotografi.
Ia mengatakan apa yang diucapkan oleh budi. Jadikan hobimu sebagai profesimu.
Orangtuanya mengatakan, 5 tahun ke depan, teman-temanmu akan membeli mobil dan rumah. Sedangkan kamu akan mengutuk dirimu sendiri.
Bambang menjawab, aku akan frustasi jika menjadi insinyur mesin dan akan mengutuk ayah.
Ayahnya tetap bersikukuh meminta bambang menyelesaikan kuliahnya.
Ibunya menghentikan pertengkaran mereka. Ibunya takut bambang akan seperti joko yang melompat dari balkon.
Ayahnya pun kesal karena tidak bisa berdebat karena takut anaknya bunuh diri. Tapi bambang menegaskan bahwa Ia tidak akan melakukan itu.
Bambang kemudian mengatakan kepada ayahnya. Budi yang ayah bilang sebagai setan itu, Ia memaksaku untuk meletakkan foto ayah dan ibu di sini.
Dia mengatakan, berjanjilan padaku, kalau terlintas pikiran bodoh di otakmu. Pandanglah foto ini dan bayangkan apa yang akan terjadi pada senyum mereka jika kamu mati.
Ibunya menangis.
Bambang meyakinkan ayahnya.
Ia mengatakan walau punya mobil murah, rumah kecil, tapi Ia akan bahagia jika menjadi seorang fotografi.
Ayahnya pun kemudian menjual laptop yang baru saja dibelinya. Ia kemudian ingin membelikan bambang kamera.
Sekarang giliran joko yang menghadapi wawancara dua pria tua di hadapannya. Joko sebenarnya menjawab dengan apa adanya. Tapi apakah ini akan berhasil?
Saat ditanya tentang nilainya yang jelek, joko menjawab bahwa ia mempunyai ketakutan dalam dirinya. Ia tidak bisa melawannya. Saat seharusnya pergiat belajar, Ia justru memperbanyak pakai cincin dan berdoa. Berharap bisa mendapatkan nilai baik dengan doa tersebut.
Pokoknya di sini joko jujur banget deh jawabannya.
Kedua pria tua ini mengatakan bahwa joko terlalu jujur. Ini berbahaya bagi perusahaan. Mereka pun menawarkan, jika ingin menutupi sifat jujurnya ini demi kepentingan perusahaan, maka perusahaan akan mengupayakan untuk bisa menerima joko kerja di sana.
Uniknya, joko malah seakan menolaknya. Ia mengatakan kalau kejujuran yang didapatkannya ini diraih lewat pengorbanan mahal. Ia harus mengalami patah tulang dan segala macam pengobatan. Ia pun kemudian tetap dalam pendiriannya.
Saat hendak pergi, salah satu pria tua itu kemudian memanggilnya lagi. Ia mengatakan, sudah 25 tahun melakukan perekrutan dan wawancara, baru kali ini menemukan orang seperti joko.
Biasanya setiap orang akan menuruti keinginan mereka. Tapi ini tidak dilakukan oleh joko.
Di sini, pak tua itu kemudian menanyakan berapa besaran gaji yang diinginkan oleh joko.
Joko bahagia!
Budi merasa was-was dengan hasil yang teman-temannya itu dapatkan. Akhirnya, joko dan bambang datang. Mereka berdua melepaskan celananya. Lalu mengatakan, Paduka Raja, kamu sungguh hebat.
Ini menandakan bahwa mereka berdua berhasil. Budi pun merasa sangat terharu, ia menangis di balik tiang.
Tapi selanjutnya, Ia tertawa bahagia.
Di lain sisi, pak rektor mencukur kumisnya. Tapi ia merasa terkejut karena tidak menyangka akan seaneh itu. Bahkan, pak rektor sampai mabuk-mabukan karena cukur kumis.
malam harinya, suni mendatangi budi dan mengantarkan kunci ruangan tempat lembar jawaban ditaruh.
Saat berbincang, budi mengucapkan hal yang menyebalkan. Budi mengatakan bahwa mereka tidak akan mungkin menikah.
Sekarang, waktu beralih lagi ke masa depan. Bambang, joko dan ponpon berhenti disuatu tempat.
Tapi mereka terpaksa kembali karena mendengar kabar yang mengejutkan. Suni mau menikah.
Oleh karena ponpon terlalu banyak bicara, Ia diikat dalam bagasi.
Siapa sangka ternyata suni hendak menikah dengan judika.
Di sini bambang pergi menemui suni, joko ke ruangan judika. Bambang menjelaskan bahwa Ia sudah berhasil menemukan budi.
Sedangkan joko datang mengganggu judika yang sedang bersiap.
Joko menyetrika pakaian judika dengan menggunakan cairan hijau. Judika pun marah.
Tapi sayang karena suni tidak menginginkannya lagi. Siapa sangka kalau ternyata joko menyamar jadi judika.
Joko pun akhirnya tidak tahan, Ia mengatakan bahwa suni harus mengejar budi. Akhirnya suni pun lari masuk ke dalam mobil bersama bambang. Mereka memulai petualangannya mencari budi.
Di tengah perjalanan, bambang dan joko baru mengatakan kalau sebenarnya mereka juga belum bertemu denganbudi. Masih belum ada kejelasan.
Suni pun kesal!
Waktu beralih lagi ke masa lalu saat mereka hendak mencuri lembar soal jawaban. Tapi kesalahan fatal dilakukan saat budi menelepon suni namun justru pak rektor yang mengangkatnya.
Pak rektor kemudian merasa curiga dan datang ke ruangannya. Di sana, Ia berhasil menemukan bukti bahwa ada pencurian di sana karena mesin fotokopi masih menyala.
Tidak lama, pak rektor kemudian masuk ke kamar mereka.
Ia datang bersama dengan petugas keamanan. Bukti pun berhasil didapatkan. Pak rektor langsung memukul budi dengan payung.
Ia dipukul dengan sangat keras. Bambang dan joko mencoba untuk menghentikan pak rektor.
Budi pun dikeluarkan dari kampus. Pak rektor mengatakan kalau besok masih ada di situ, maka pak rektor akan membawanya ke kantor polisi.
Pak rektor sangat kesal.
Pak rektor melanjutkan kemarahanya kepada suni. Bukannya berhasil memarahinya, suni justru mengungkit masa lalu.
Suni mengatakan kalau andai saja ayahnya tidak memaksa kakaknya menjadi insinyur, mungkin Ia masih hidup.
Wah ternyata juga ada korban di keluarganya pak rektor ya.
Suni melanjutkan, apakah ayah pernah bertanya, ingin jadi apa dia sebenarnya?
Sehingga ia memilih untuk mati daripada mengikuti ujian seleksi masuk.
Pak rektor bingung. Apa yang sebenarnya terjadi?
Suni kemudian mengambil tas dan mengeluarkan isinya. Ternyata kakaknya ingin menjadi seorang penulis. Tapi satu-satunya yang bisa dia tulis hanyalah pesan bunuh dirinya.
Kakak wanita suni memohon agar tidak memberitahukan ayahnya.
Suni pun mengatakan kalau tidak bisa merahasiakan terus tentang hal ini.
Sambil menangis, suni mengatakan kalimat yang monohok kepada ayahnya itu. Andai ayah sekali saja mengatakan kepada kakak kalau tidak apa-apa seandainya tidak menjadi seorang insinyur, pasti hari ini kakak masih hidup.
Pak rektor masih tidak mempercayai tentang apa yang diucapkan oleh suni.
Pak rektor mengatakan bahwa anaknya tidak mungkin bunuh diri.
Suni pun menyetujuinya. Itu memang bukan bunuh diri, tetapi pembunuhan.
Pak rektor termenung.
Setelahnya, lingkungan universitas dilanda hujan dan banjir. Di tengah banjir itu, budi, bambang dan joko menggotong koper dan barang-barang bawaannya.
Mereka ingin pergi dari kampus itu karena memang sudah diusir oleh pak rektor.
Di situ, si cungkring mengikuti. Ia ingin ikut mereka bertigas. Walaupun dilarang, si cungkring tetap mengikuti mereka.
Siapa sangka kalau di tengah banjir ini, kakaknya suni sepertinya akan melahirkan.
Tak jauh dari situ, pak rektor sedang menelepon. Ia terjebak banjir. Pak rektor menelepon pihak rumah sakit untuk didatangkan ambulans.
Tapi ternyata di sana sedang dilanda banjir yang cukup parah sehingga tidak bisa memberikan layanan jemputan.
Di dalam mobil itu ada kakaknya suni yang sedang menahan rasa sakit di perutnya. Budi pun menelepon suni yang sedang berada di rumah sakit.
Suni menjelaskan kepada budi bahwa tidak mungkin membawa kakaknya ke rumah sakit. Ia meminta agar budi membantu kakaknya sesuai dengan instruksi darinya.
Begitu selesai menelepon, pak rektor kaget karena kakaknya suni sudah tidak ada di dalam mobil.
Kakaknya suni diangkat oleh budi dan bambang ke sebuah ruangan.
Ia diletakkan di atas meja ping pong. Suni pun masih memberikan instruksi.
Suni kemudian menyalakan kamera. Tak lama, pak rektor datang dan mengomel. Tapi Ia disuruh diam oleh suni.
Mereka kemudian diminta untuk mempersiapkan beberapa hal.
Di situ kondisinya kakaknya suni sudah tidak punya tenaga untuk memberikan dorongan.
Suster yang melihat kemudian menyarankan untuk menggunakan vakum kap. itu adalah alat untuk menarik kepala bayi dengan cara dihisap untuk dikeluarkan.
Suni pun memberikan video penjelasan mengenai alat itu.
Setelah melihatnya, budi mengatakan kalau Ia bisa membuatnya.
Ia meminta vakum kliner. Suni memberitahukan kalau vakum kliner punya tekanan yang terlalu kuat. Budi mengatakan bahwa Ia bisa mengontrolnya.
Ternyata di kantor pak rektor ada vakum. Bambang pun diminta untuk mengambilnya.
Siapa sangka saat memberikan kunci, pak rektor dan budi berbarengan memberikan kunci kantornya.
Jadi ketahuan deh kalau budi memiliki kunci kantornya.
Masalah belum selesai.
Listrik padam.
Suni kemudian menelepon dan menanyakan tentang apa yang terjadi. Joko menjelaskan kalau listrik padam.
Budi kemudian teringat dengan alat buatannya. Budi meminta bambang untuk mengeluarkan alat itu.
Oleh karena nama alat itu menggunakan nama pak rektor. Bambang kemudian mengajak pak rektor keluar, ternyata bukan itu maksudnya.
Budi menjelaskan bahwa inverter adalah alat yang dimaksud.
Budi meminta joko agar membangunkan semua mahasiswa di asrama. Katakan kepada mereka kalau kita butuh aki mobil, kabel dan pengukur tekanan.
Mereka semua pun bergerak.
Alat-alat itu kemudian dirakit oleh budi. Akhirnya berhasil.
Suni terhubung kembali. Ia memberikan instruksi untuk melakukan persalinan.
Dengan menggunakan vakum itu, mereka melangsungkan persalinan.
Tapi siapa sangka kalau bayi itu berhasil dilahirkan. Tapi masalah tidak berhenti sampai di situ karena bayinya tidak menangis.
Ia mencoba beberapa cara untuk menyelamatkan bayi itu. Semua pun menangis.
Joko kemudian mengatakan untuk jangan panik kepada kakaknya suni. Ia mengatakan al is wel, tiba-tiba saja bayi itu menendang.
Semua pun mengatakan kalimat al is wel. Bayi itupun menangis.
Pak Rektor menjadi orang yang paling bahagia di sini.
Budi kemudian pergi. Ia dipanggil oleh pak rektor. Ia langsung dimarahi.
Ia membahas tentang pulpen astronot dan pensil saat Ia pertama kali bertemu.
Ia menegaskan bahwa pulpen itu penemuan penting. Pak rektor memberikan pulpen itu kepada budi. Pak rektor pun langsung menyuruh budi masuk untuk belajar.
Suasana membahagiakan pun akhirnya tiba. Mereka semua lulus. Pak rektor juga terlihat sangat senang dengan acara wisuda tahun ini.
Bambang mengabadikan sejumlah potret di sana.
Budi pun pergi dari tempat itu.
Itu adalah terakhir kalinya mereka bertemu dengan budi.
Waktu berganti lagi di masa depan. Bambang menyetir, ponpon masih diikat di tengah, suni berdoa sepanjang jalan.
Mereka kemudian sampai di suatu tempat. Di sini semuanya serba menggunakan mesin.
Ponpon hendak buang air kecil, tapi langsung dikerjai oleh dua anak kecil.
Bambang, joko dan suni kemudian bertemu dengan seorang pria berkumis tipis. Ia membawa mereka untuk datang ke suatu tempat.
Di situ Ia memberitahukan sejumlah barang.
Suni pun merasa heran karena sepertinya pria ini kenal dengan mereka. Mereka pun terkejut karena ternyata pria itu adalah si cungkring.
Mereka pun akhirnya memeluknya.
Suni kemudian bertanya, kemana si budi idiot itu?
Ternyata budi sedang bermain pesawat di sebuah pantai yang sangat indah.
Suni datang mengendarai motor. Itu membuat budi kaget. Suni langsung menamparnya dengan keras.
Mereka pun tersipu lalu.
Suni kemudian bertanya, apakah sekarang kamu mencintai seseorang?
Budi menjawab, iya.
Suni bertanya, siapa?
Budi menjawab, kamu
Mereka pun langsung berciuman.
Suni mengatakan bahwa hidung tidak akan menghalangi orang berciuman.
Baru sebentar, di belakang budi ada bambang dan joko.
Mereka merasa kesal langsung menampar budi berulang kali. Tapi itu hanyalah ungkapan rasa sayang dan rindu mereka.
Tidak lama, ponpon datang. Ia kemudian memamerkan pekerjaannya.
Ponpon mengatakan kalau dulu Ia pernah bilang, suatu saat ia akan tertawa, budi menangis, dan ini benar terjadi.
Ia bahkan membawa kertas yang menyatakan bahwa budi telah kalah oleh ponpon.
Itu adalah surat deklarasi kekalahan.
Ponpon kemudian heran, kenapa budi punya pulpen milik pak rektor. Ia bertanya, apakah kamu mencurinya?
Ponpon pun kemudian mengambil pulpen itu sambil bilang, pulpen ini untuk pemenang, bukan pecundang.
Ponpon lalu menawarkan pekerjaan untuk budi. Ia pun pergi.
Suni kemudian bertanya tentang siapa nama sebenarnya dari budi. Budi pun menjawab bahwa namanya adalah Punsuk wandu.
Mereka pun terkejut. Itu adalah nama ilmuwan paling ternama di india.
Ia punya 400 hak paten atas namanya.
Joko kemudian bertanya tentang apakah budi adalah wangdu yang pernah diceritakan oleh ponpon.
Ilmuwan yang diinginkan oleh jepang.
Saat dipanggil, ponpon tidak menghiraukan.
Budi alias wangdu pun berniat untuk menghentikannya.
ia meneleponnya.
Ternyata budi membatalkan perjanjian dengan perusahaan ponpon.
Ponpon pun merasa heran.
Budi pun menjawab kalau tidak bisa menandatangani surat karena pulpennya diambil olehnya.
Ponpon masih tidak mengerti.
Budi mengatakan bahwa pulpen yang ada di tanganmu, pemberian pak rektor.
Ponpon pun menengok ke belakang. Budi melambaikan tangannya.
Ponpon baru menyadari bahwa budi adalah mister wangdu.
Ponpon pun kemudain mengaku kalah dari budi alias mister wangdu.
Ponpon meminta maaf atas perilaku buruknya.
Ia bahkan menjilat budi, namun ditertawakan.
Lucunya, ponpon sampai membuka celananya.
Suni pun menyarankan agar budi lari dari ponpon.
Ponpon memohon agar tidak membuat masalah baginya. Anak-anaknya masih kecil.
Film berakhir. Ada kuwot terakhir di film ini.
Selalu ingat bahwa jangan mengejar kesuksesan, tapi kesempurnaan.
Jika kamu suka alur cerita film seperti ini, langsung saja subscribe ya.
Buat alur cerita kayak begini tidak mudah loh, jadi mohon dihargai ya. Semoga sukses untuk kita semua. Amin.