Film ini menceritakan tentang bagaimana tid noy dan mak yang memperebutkan cinta dari nak. Seorang kembang desa yang punya kecantikan luar biasa.
Di sini, tid noy dan mak sama-sama punya kekurangan, yaitu rasa takut yang berlebihan terhadap hantu. Bahkan, tid noy tidak berani pulang sendirian saat malam-malam.
Pada suatu waktu, mak mengajak nak untuk berjalan-jalan ke pasar. Saat mengajak foto berdua, tiba-tiba saja tid noy juga ikut berfoto.
Sepulangnya dari pasar, nak dihadang oleh preman kampung. Mak dan tid noy datang menyelamatkan. Tapi kemudian tid noy meminta agar mak membawa nak pergi ke tempat aman.
Tid noy pun melawan para preman itu, sedangkan mak dan nak justru asik bermesraan.
Ketika tid noy dipukuli hingga babak belur, mak dan nak malah asik bergumul.
Sepulangnya di rumah, nak mengucapkan terima kasih kepada tid noy dengan memeluknya.
Tid noy merasa untung dengan dipeluk nak, padahal mak sudah dapat yang utuh.
Keesokan harinya, ibu nak mengucapkan terima kasih karena tid noy berhasil menyelamatkan nak dari orang yang mau menodainya.
Tid noy lalu bilang, Bu, nak sudah ternodai oleh Saya. Tid noy kemudian melamar nak dengan mahar. Ibunya meminta seratus ribu baht.
Tid noy mengatakan kalau Ia harus pergi ke bangkok untuk mengumpulkan uangnya.
Di lain sisi, mak juga melamar nak dengan cincin. Mereka pun ingin berciuman, tapi tid noy datang memanggil mak. Tid noy tidak melihat mereka berdua ada di balik tumpukan jerami.
Malam harinya, tid noy berpamitan dengan ibunya nak dan nak. Saat ibunya mengajak ke kuil, nak mengatakan kalau besok sibuk.
Tid noy bilang ke ibunya kalau nak pasti sibuk mempersiapkan untuk melepas kepergian dirinya.
Tid noy pergi, tidak ada yang mengantar. Ia pun akhirnya mulai bekerja keras di kota. Tid noy melakukan pekerjaan sebagai ojek orang.
Di sana, tid noy sempat bertemu dengan bule berkulit hitam. Ia minta diantarkan ke rumah bordil, tapi ternyata hanya berada di depannya.
Di lain waktu, tid noy kembali mendapatkan penumpang yang luar biasa. Seorang wanita gendut. Ia tidak bisa mengangkatnya, tapi begitu terangkat, tid noy justru nyangkut di atas.
Sedangkan di desa, nak bermesraan dengan mak. Ibunya meratapi nasib tid noy karena kalah cepat dengan mak.
Saat sedang mengantarkan salah satu langganannya, tid noy dibilang bodoh karena mau menabung karena ingin menikahi seorang wanita.
Oleh karena merindukan nak, tid noy melakukan hal konyol dengan meminta seorang wanita penghibur berpura-pura untuk menjadi nak. Ia pun seakan meniduri nak.
Tapi tid noy tidak bisa melakukannya.
Tid noy lalu pergi ke sebuah tempat tato yang mirip seperti kuil.
Akhirnya, tid noy pulang. Ia melihat ada acara dan mengira kalau itu adalah upacara pernikahan nak. Tid noy membuang uang mahar yang telah dikumpulkannya.
Tapi ternyata ibunya nak meninggal dunia. Nak pun memeluk tid noy. Nak bersedih.
Waktu berjalan, tid noy kemudian menyatakan perasaannya kepada nak. Tapi ternyata nak justru bilang kalau Ia mencintai mak.
Mak pun datang lalu mengajaknya untuk memulai upacara.
Dari kejauhan, tid noy hanya bisa melihat kemesraan mak dan nak.
Tiba saatnya para penduduk desa untuk menentukan prajurit perang. Di sini punya budaya untuk pemilihan prajurit perang dengan bola warna, kalau hitam berarti tidak ikut perang, sedangkan merah ikut perang.
Saat mak mengambilnya, warna yang keluar adalah merah. Mak pun berpisah dengan nak. Nak menangis.
Pada suatu malam, sahabatnya tid noy yang bernama duwang memberikan informasi kalau mak pergi berperang.
Keesokan paginya, Tid noy dan nak mengantar kepergian mak. Mak menitipkan istrinya kepada tid noy. Awalnya tid noy merasa senang, tapi kemudian cemberut saat mak bilang agar nak bisa menjaga bayi dalam kandungannya.
Tidnoy membantu melakukan banyak pekerjaan untuk nak. Perut nak pun juga sudah semakin membesar.
Pada suatu hari, nak membaca surat dari mak. Mak mengatakan kalau kemungkinan besar, Ia tidak akan kembali dan jangan menunggunya. Nak pun meminta agar tidnoy menjaga nak dan bayinya.
Ternyata surat itu adalah tulisan dari tid noy yang dirasuki pikiran jahat. Rela melakukan apa saja untuk mendapatkan nak.
Sin berganti saat mak yang berperang dan berhasil mengalahkan musuh.
Di sini, tid noy ternyata berjalan menyusuri pinggir sungai untuk menjemput mak yang sedang berperang karena merasa bersalah.
Ini berbarengan dengan nak yang hendak melahirkan. Tapi sayang sekali karena nak justru meninggal dunia saat melahirkan.
Desa itu pun kemudian dihantui oleh hantu nak yang menggendong bayi.
Nak menantikan kedatangan mak.
Pada suatu malam, mak dan tid noy berhasil pulang dan disambut oleh nak.
Nak menyambut kedatangan mak, sedangkan tid noy tidak ditegur sama sekali.
Keesokan harinya, duwang berbincang tentang hantu nak yang membuat warga desa pindah dari sana.
Mereka lalu ketakutan karena nak muncul.
Saat pergi ke pasar untuk membeli kapak, mak disindir oleh Pak Tua di sana dan mengatakan kalau istrinya sudah mati dan menjadi hantu.
Sementara nak sedang mencuci baju dan cincinnya terjatuh ke sungai. Ia pun menyelam untuk mengambilnya. Ini bertepatan dengan tid noy dan warga yang sedang menggunakan perahu.
Tidnoy masih tidak menyadari kalau nak adalah hantu. Ia tidak merasa takut.
Di rumah, tid noy menjaga anaknya dan meminta mak memasak. Mak kemudian datang lalu bilang tentang gosip dari para warga kalau nak adalah hantu. Tid noy pun juga merasa kesal.
Tak lama, seorang biksu datang untuk mengungkapkan kebenarannya. Ia memberikan tips untuk melihat hantu, yaitu membungkuk dan melihat ke belakang.
Tapi saat melihat nak, biksu itu lari ketakutan.
Malamnya, mak mengingat saran biksu. Ia melakukannya dan melihat kenyataan sebenarnya. Mak pun lari ketakutan. Di tengah jalan, mak bertemu dengan duwang dan mengatakan kalau tid noy masih ada di rumah bersama nak.
Tersisa tid noy yang masih menenangkan nak.
Tidak lama, sejumlah warga yang merasa resah dan ketakutan mengumpulkan keberanian bersama untuk datang ke rumah nak.
Nak pun dihujat para warga sekitar.
Nak pun marah. Walaupun begitu, tid noy masih terus tidak menyadarinya. Tapi tid noy marah karena nak meneriakinya dengan kata persetan.
Di dalam kuwil, mak ketakutan, nak datang menakuti semua yang ada di sana.
Waktu berganti saat duwang menghampiri tid noy. Ia menegaskan bahwa nak sudah meninggal dunia. Tid noy masih tidak mempercayainya.
Tid noy pun menemui mak dan memarahinya. Ia mengatakan kalau besar cintanya terhadap nak tidak begitu besar jika dibandingkan dengan cintanya tid noy.
Setelah tid noy pergi, nak pun muncul dan mengucapkan perpisahan kepada mak. Ia menitipkan rasa terima kasihnya kepada tid noy. Nak pun menghilang.
Waktu berlalu, tid noy masih datang ke rumah nak. Ia kaget karena rumahnya berubah menjadi usang.
Di pinggir sungai, tid noy bertemu dengan seorang biksu yang ternyata itu adalah mak yang sudah bertobat.
Sepuluh tahun berlalu, tid noy masih menunggu nak. Begitu juga dengan duwang yang memang menyukai tid noy sejak awal. Mereka saling menunggu cinta yang tidak berbalas.
Film pun berakhir.